Kunci-kunci Keberkatan Di Dalam Kehidupan [9]
9. Bertawakkal dengan sebenar-benarnya pada Allah ta’ala dan bersyukur kepada Allah ta’ala pada segala nikmat pemberianNya.
عَنْ أَبِي تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيِّ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Dari Abu Tamim Al Jaisyani dia berkata; saya mendengar Umar berkata, Saya mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
” Sekiranya kamu bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia akan memberi rezki kepada kamu sebagaimana Dia memberi rezki terhadap burung, ia pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.”
HR Tirmizi, 2266,Ibnu Majah,4154
Jika direnung pengertian hadis ini, dalam hal kelebihan tawakkal, ianya menunjukkan tawakkal menjadi sebab untuk dimasukkan ke syurga dan sebab kepada bertambah rezeki dan keberkatan.
عنِ ابنِ عباسٍ رضي الله عنهما ، أنَّ رسولَ اللّه صلى الله عليه وسلم قال : ” يَدخُلُ الجنة من أمَّتي سبعون ألفاً بغير حساب : همُ الذين لا يَستَرْقون ، ولا يَتطيَّرون ، وعلى ربِّهم يَتوكلون ”
[ متفق عليه] .
“Ada tujuh puluh ribu orang dari umatku yang masuk syurga tanpa hisab, yaitu yang tidak meminta diruqyah (pengobatan dengan jampi-jampi, atau mantera), tidak berfirasat sial kerana melihat burung dan hanya bertawakkal kepada Tuhan mereka.”
Muttafaq ‘alaih
عن عُمْرَانَ بْنُ حُصَيْنٍ رضي الله عنه ، أَنَّ رَسُولُ اللّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ” يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفَاً بِغَيْرِ حِسَابٍ ” قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللّهِ ؟ قَالَ : ” هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَلاَ يَكْتَوُونَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ” .
Dari Imran bin Hushain bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Akan masuk surga dari golongan umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang tanpa hisab. Mereka bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah? ‘ Beliau menjawab, Meraka dalah orang yang tidak melakukan ruqyah, tidak bertathayyur ( percaya dengan tanda-tanda kecelakaan), dan tidak melakukan pengobatan kay (mencucuh luka dengan besi panas) dan mereka bertawakkal kepada Rabb mereka’.
HR Muslim,320
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
{إبراهيم:7}.
“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”
Ibrahim: 7
وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri”
An-Naml: 40
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :
”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai”
Di antara Asmaul Husna ialah “As-Syakûr”. Allah ‘azza wajalla memperkenalkan diriNya seperti dalam firmanNya,
إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
… Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
asy-Syûra: 23
Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
“Allah itu Syakur lagi Haliim”
At-Taghabun: 17
Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah memberi membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak”
(Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 8/141).
Kalimah asy-Syakûr dalam bahasa Arab berbentuk mubâlaghah (menunjukan bersangatan). Maka Allah adalah Zat Yang Maha Mensyukuri (yang memiliki kesempurnaan mutlak dalam membalas amal kebaikan). Ini bereti Allah Yang Maha Berkat akan sentiasa menurunkan keberkatanNya kepada hamba-hambaNya yang bersyukur.
Di antara makna lain “asy-Syakûr” pula, bahwasanya amalan yang sedikit akan sentiasa bertambah dan berkembang di sisi Allah.
Di antara bentuk kesempurnaan Allah dalam membalas amal baik dari makhluk, iaitu sentiasa berkembang dan bertambahnya pahala amalan tersebut di sisi Allah.
وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Asy-Syûrâ : 23
Demikian pula disebutkan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا تَصَدَّقَ أَحَدٌ بِصَدَقَةٍ مِنْ طَيِّبٍ وَلَا يَقْبَلُ اللَّهُ إِلَّا الطَّيِّبَ إِلَّا أَخَذَهَا الرَّحْمَنُ بِيَمِينِهِ وَإِنْ كَانَتْ تَمْرَةً فَتَرْبُو فِي كَفِّ الرَّحْمَنِ حَتَّى تَكُونَ أَعْظَمَ مِنَ الْجَبَلِ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ فَصِيلَهُ رواه مسلم.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tidak seorangpun bersedekah dari yang baik -dan Allah tidak menerima kecuali yang bailk- melainkan Allah ambil dengan tangan kanan-Nya, sekalipun sebiji kurma, maka ia akan semakin membesar di tangan Allah. Sehingga ia akan menjadi lebih besar dari gunung, sebagaimana salah seorang kalian memelihara anak kuda atau anak unta.”
HR Muslim, 1684
Begitu juga di antara makna “asy-Syakûr”, iaitu Allah memberi balasan pahala terhadap seduatu amalan dengan pahala yang berlipat ganda, sampai tujuh ratus kali lipat dan bahkan berkali-kali lipat lagi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۚ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
at-Taghâbun:17
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan (pahala) kepadanya dengan lipat ganda yang banyak….
al-Baqarah :245
Ini juga disebutkan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ (متفق عليه)
Ibnu ‘Abbas RA meriwayatkan dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang diriwayatkan Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam dari Tuhannya,
“Sesungguhnya Allah telah menulis segala kebaikan dan kejelekan. Kemudian Allah menjelaskan yang demikian. Barang siapa yang berencana melakukan sebuah kebaikan lalu ia tidak melakukannya, maka Allah telah menuliskan baginya satu kebaikan di sisi Allah. Jika ia berencana melakukan sebuah kebaikan lalu dikerjakannya, maka Allah menuliskan di sisi-Nya untuk orang tersebut sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, hingga berkali-kali lipat yang banyak”.
[HR Bukhâri dan Muslim].
Junjungan Besar Nabi Muhammad Sallallahu ’alaihi wa sallam, tidak luput dari bersyukur walaupun telah dijamin baginya syurga. Diceritakan oleh Ummul mukminin, ‘Aisyah Radhiallahu’anha,
كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، إذا صلَّى ، قام حتى تفطَّر رجلاه . قالت عائشةُ : يا رسولَ اللهِ ! أتصنعُ هذا ، وقد غُفِر لك ما تقدَّم من ذنبك وما تأخَّرَ ؟ فقال ” يا عائشةُ ! أفلا أكونُ عبدًا شكورًا
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya.
‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’”
(HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).
Justeru, beruntunglah mereka yang sentiasa bersyukur dan menzahirkan kesyukurannya dengan tekun beribadah kerana hidupnya akan sentiasa diliputi dengan keberkatan dari Allah ta’ala, di dunia mahupun di akhirat.
ABi
